5 Kebutuhan Psikologis Anak Usia Dini


Mungkin ada yang tanya, Mengapa masih banyak orang tua yang mengeluh, merasa kewalahan dalam mendidik dan mengasuh anak usia pada usia dini?

Good Question! Pertanyaan seperti itu memang sering muncul dan tidak sulit untuk kita temukan
dari berbagai keluarga. Mereka memiliki latar belakang pendidikan, ekonomi, dan strata sosial yang majemuk.





Maksudnya? Ya, permasalahan mendidik anak pada usia dini dialami oleh semua kalangan, di kota, di pelosok desa, tidak terkecuali dengan Anda.

Bayangkan bagaimana rasanya jika Anda juga menemui masalah serupa dengan para orangtua saat ini dalam mendidik anak usia dini.

Lalu apa penyebabnya?

Biang nya orangtua belum memahami apa sebenarnya ketentuan dan kebutuhan psikologis yang ada pada masa tersebut.Perhatikan! kebutuhan psikologis anak usia dini tidak sama dengan remaja atau orang dewasa.

orang tua Seyogyanya harus memandang positif setiap tahapan-tahapan perkembangan yang terjadi,
dan lebih baik fokus pada kelebihan-kelebihan anak dibandingkan mencari-cari kelemahannya.
Selalu berikan dukungan, motivasi agar kelebihan-kelebihan anak dapat berkembang dan terarah.

Untuk itu, bacalah artikel ini hingga selesai, maka Anda akan mengetahuiapa saja sebenarnya
yang dibutuhkan dalam mengasuh dan mendidik anak usia dini:

1.Dunia Anak Adalah Dunia Bermain

Banyak orang tua yang mengeluh mengapa anaknya malas atau tidak mau belajar tapi hanya senang bermain saja. Bila orang tua memahami bahwa dunia anak adalah dunia bermain, sebagai suatu ketentuan (kodrat), maka sebaiknya orang tua memberikan keleluasaan anak untuk bermain dan memanfaatkan waktu bermain tersebut sebagai proses pembelajaran.

Dunia bermain bagi anak adalah penuh spontanitas dan menyenangkan. sesuatu akan dilakukan oleh
anak dengan penuh semangat apabila terkait dengan suasana yang menyenangkan. Termasuk juga belajar melalui bermain, seorang anak akan rajin belajar bila suasana terasa menyenangkan, dengan bermain sambil belajar anak akan mendapatkan banyak pengetahuan, keterampilan, pemahaman. Namun sebaliknya
kegiatan belajar tidak dengan menyenangkan dan suasana bermain, maka anak akan membenci dan menjauhinya.

Belajar membutuhkan konsentrasi, dan saat bermain anak dalam konsentrasi yang tinggi, lupa akan sekitarnya, lupa makan, lupa istirahat. Seandainya orang tua mampu memanfaatkan kegiatan bermain sebagai kegiatan pembelajaran, maka akan banyak yang didapatkan anak guna pengembangkan aspek kecerdasannya.


2.Anak Suka Meniru

Orang tua terkadang marah bila melihat anaknya yang sedang kesal melempar benda-benda atau berteriak-teriak, juga saat anak berkata-kata buruk.

Padahal apa yang dilakukan oleh anak adalah hasil dari mereka meniru lingkungan sekitarnya, karena anak adalah peniru yang handal.

Anak-anak pada dasarnya senang meniru, karena salah satu proses pembentukan tingkah laku mereka adalah diperoleh dengan cara meniru.

Anak-anak yang gemar membaca umumnya adalah anak-anak yang mempunyai lingkungan dimana orang-orang di sekelilingnya adalah juga gemar membaca. Mereka meniru ibu, ayah, kakak atau orang-orang lain di sekelilingnya yang mempunyai kebiasaan membaca dengan baik tersebut.

Dengan demikian maka di sekolah guru juga dituntut untuk bisa memberikan contoh-contoh keteladanan
yang nyata akan hal-hal yang baik, seperti selalu tersenyum, senang bernyanyi, menghargai orang lain termasuk prilaku bersemangat dalam mempelajari hal-hal baru.

3.Anak Bukanlah Orang Dewasa Mini

Kegelisahan yang sering muncul dari orang tua atas prilaku anaknya, seperti kesal karena tidak menurut dan susah diatur atau merasa tidak mengerti persaan orangtuanya. Maka kalau ini yang terjadi, orangtua masih menganggap anaknya adalah orang dewasa mini yang harus bisa mengikuti apa yang diinginkannya.
Padahal anak adalah anak-anak dengan segala kekhasannya, kelucuannya, keluguan,
ketidaktahuan, keunikan dan lainnya.

Tidak seperti orang dewasa yang sudah mempunyai logika berpikir. saat anak harus dibandingkin dengan dewasa sudah barang tentu anak akan banyak kekurangannya.

Untuk itu, dalam menghadapi mereka dibutuhkan adanya kesabaran, pengertian serta toleransi yang mendalam mengharapkan mereka bisa mengerti sesuatu dengan cepat dengan membayangkan
bahwa mereka adalah orang-orang dewasa seperti kita, tentu bukan merupakan sikap yang bijaksana.

Seandainya orang tua bisa memahami hal ini maka tidak akan ada lagi kesal, jengkel dan marah pada anak. Saat akan marah karena keinginan kita sebagai orang tua tidak bisa dituruti anak, maka kita harus ingat
bahwa anak bukanlah orang dewasa mini.

4.Kreatif

Banyak orang tua menganggap anak-anak yang suka mencoret-coret tembok, memanjat pohon, atau bermain di selokan, adalah anak-anak yang nakal dan merepotkan. Padahal itu adalah bentuk kreatifitas mereka yaitu tidak takut salah melakukan sesuatu dan senang mencoba hal yang baru.

Seandainya orang tua menganggap hal tersebut sebagai suatu anugerah Tuhan, maka semua akan dinilai sebagai hal yang positif.

Anak-anak pada dasarnya adalah kreatif. Mereka memiliki ciri-ciri yang oleh para ahli sering digolongkan sebagai ciri-ciri individu yang kreatif, misalnya : rasa ingin tahu yang besar, senang bertanya, imajinasi
tinggi, minat yang luas, tidak takut salah, berani menghadapi risiko, bebas dalam berpikir, senang akan hal-hal yang baru dan sebagainya.

Namun sering dikatakan bahwa begitu anak masuk ke sekolah, kreativitas anakpun makin menurun. Hal ini sering disebabkan karena pengajaran yang diberikan terlalu menekankan pada cara berpikir secara konvergen (spesifik dan tertutup), sementara cara berpikir secara divergen (luas dan umum) kurang dirangsang.

Dalam hal ini maka orang tua dan guru perlu memahami kreativitas yang ada pada diri anak, dengan bersikap luwes dan kreatif pula.

Bahan-bahan ,pelajaran di sekolah, hendaknya tidak sekedar menuntut anak untuk memberikan satu-satunya jawaban yang benar menurut guru saja. Kepada mereka tetaplah perlu diberi kesempatan untuk
mengembangkan imajinasinya secara "liar", dengan menerima dan
menghargai adanya alternatif jawaban yang kreatif.

5.Berkembang

Seringkali orang tua merasa anaknya lemah dibandingkan dengan anak Sebaya lainnya atau merasa anaknya belum bisa menguasai hal tertentu.Padahal setiap anak mempunyai tingkat kecepatan perkembangan yang berbeda-beda, karena pada dasarnya anak itu adalah unik dan tidak terbandingkan.

Anak selain tumbuh secara fisik, juga berkembang secara psikologis Ada fase-fase perkembangan yang dilaluinya dan anak menampilkan berbagai prilaku sesuai dengan ciri-ciri pada masing-masing fase perkembangan tersebut.

Dengan memahami bahwa anak berkembang, kita akan tetap tenang dan bersikap dengan menghadapi berbagai gejala yang mungkin muncul pada setiap tahap tertentu perkembangannya tersebut.

Yang pasti mereka telah diberikan anugerah oleh Tuhan, tinggal bagaimana kita menemukan, mensyukuri
serta menumbuh-kembangkannya secara alami. Tuhan menganugerahkan segalanya bagi anak-anak
kita, saatnya kita temukan, syukuri dan kembangkan secara alami segala anugerah Tuhan tersebut dengan
penuh kesungguhan.


Belum ada Komentar untuk "5 Kebutuhan Psikologis Anak Usia Dini"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel