Rahasia dan Hikmah Dibalik Batalnya Wudhu



Rahasia dan  Hikmah Dibalik Batalnya Wudhu - Berwudhu adalah cara untuk menghilangkan hadats kecil. Dalam berwudhu, ada anggota tubuh yang harus dibasuh dan ada pula yang cukup diusap.
Wudhu bisa batal karena beberapa hal, di antaranya ialah keluarnya sesuatu dari dubur atau kemaluan (buang angin atau kentut, buang air besar atau berak, buang air kecil atau kencing), tidur, menyentuh dubur atau kemaluan dengan telapak tangan, hal-hal yang mewajibkan mandi (keluarnya Sperma, menstruasi, melahirkan, nifas, hubungan seksual), dan lain-lain. Lalu apa saja hikmah batalnya wudhu yang disebabkan oleh hal-hal tersebut?
 


1.Kata wudhu secara bahasa berarti bersih. Nah,orang-orang yang mengerjakan hal-hal di atas (perkara yang membatalkan wudlu) digolongkan sebagai orang yang 'kotor" sehingga tidak pantas menghadap (beribadah) kepada Allah. Hal ini bisa kita bandingkan dengan hal sehari-hari. Dalam menghadap bupati atau pimpinan perusahaan misalnya, ada aturan protokoler atau etika tertentu, seperti harus berseragam resmi, bersepatu, berdasi, dan seterusnya.

Nah, kalau tidak mematuhi aturan-aturan tersebut, tentunya kita tidak akan diperbolehkan menemui bupati atau sang bos perusahaan. Kalau instansi atau perkantoran saja memiliki aturan-aturan tertentu, AIlah juga menetapkan aturan-aturan bagi hamba-hamba-Nya yang akan menghadap kepada-Nya. Allah berfirman, "Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." (Q.S. Al-lsra: 85)

2.Terkadang kita mempunyai pemikiran yang sedikit kritis. Misalnya, mengapa kalau keluar angin (kentut), kita diharuskan berwudhu. Berwudhu berarti harus membasuh beberapa anggota tubuh tertentu (muka, tangan, kaki), namun tempat keluarnya angin sendiri (dubur) tidak harus atau tidak perlu dibasuh. Artinya, yang kita basuh malah anggota wudhu yang tidak berkaitan dengan ternpat keluarnya angin. Al-Jurjawi memberikan empat alasan, sebagai berikut.

  • Keluarnya angin (kentut) secara nyata tidak terlihat dan tidak ada bekas (kecuali hanya bau yang tak sedap), sehingga tempat keluarnya tidak perlu dibasuh.
  • Tempat keluarnya angin (dubur) bukanlah anggota tubuh yang terlihat di saat kita bergaul atau berkomunikasi dengan orang lain, sedangkan yang dibasuh dalam berwudhu adalah anggota-anggota tubuh yang terlihat saat berkomunikasi dengan orang lain sehingga perlu dibersihkan (melalui wudhu).
  • Tujuan berwudhu adalah agar kita bersemangat atau tidak bermalas-malasan dalam beribadah. Tujuan ini akan berhasil dengan membasuh anggota-anggota wudhu (muka, tangan, kaki), bukan dengan membasuh dubur. Muka, tangan, dan kaki jika tersentuh air akan membuat kita lebih bersemangat dan menghilangkan rasa kantuk yang biasanya menyebabkan malas.
  • Keluarnya angin sebenarnya merupakan bentuk keluarnya penyakit, karena orang yang tidak bisa keluar angin akan mengalami sakit perut yang luar biasa. Nah, wudhu ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah yang telah mengeluarkan salah satu penyakit dari tubuh. Alasan yang keempat ini lebih berkaitan dengan alasan yang bersifat spiritual, karena berwudhu merupakan cara menghilangkan kotoran yang bersifat maknawi. Allah swt berfirman, "Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu)." (Q.S. Al-Baqarah : 185)

3.Secara umum dapat dikatakan bahwa semua hal yang membatalkan wudhu bertolak belakang dengan kebersihan, misalnya keluar angin (kentut). Lalu, mengapa tidur juga termasuk hal yang membatalkan wudhu, padahal tidur tidak berkaitan dengan bersih atau kotor? Al-Jurjawi memberikan dua alasan sebagai berikut.

  • Tidur, apalagi dalam jangka waktu yang lama, biasanya membuat kita sedikit bermalas-malasan. lni bisa disaksikan dari orang-orang yang seringkali bangun kesiangan. Nah, rasa malas ini bisa dihilangkan dengan segera melakukan wudhu.
  • Dalam keadaan tidur barangkali kita tidak sadar telah mengeluarkan angin (kentut). Oleh karena itu, kita harus berwudhu setelah tidur untuk menjaga jangan sampai kita telah kentut secara tidak sadar. Nabi saw bersabda , "Mata adalah tali kendali dubur. Ketika mata tertidur, maka tali tersebut lepas." (H.R. Ahmad dan Thabrani)   Artinya, di saat terjaga (tidak tidur), dubur dalam keadaan tertutup, dan di saat tertidur, dubur dalam keadaan terbuka. Karena itulah, tidur yang dilakukan dengan duduk tegak dengan posisi pantat yang langsung menyentuh lantai (pantat tertekan), tidak membatalkan wudhu'Tidur dengan posisi seperti ini dianggap bisa menutup dubur yang terbuka disaat orang tidur dalam posisi seperti biasa(misalnya terlentang
    atau miring).
Demikianlah artikel mengenai Rahasia dan  Hikmah Dibalik Batalnya Wudhu, semoga kita dapat mengamalkan dan menyampaikannya kepada yang belum mengetahuinya. Semoga bermanfaat.


    Belum ada Komentar untuk "Rahasia dan Hikmah Dibalik Batalnya Wudhu"

    Posting Komentar

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel